Jangan Hanya "Menghafal" Bahasa Inggris, Kamu Belajar Bahasa, Bukan Sekadar Daftar Menu

Bagikan artikel
Perkiraan waktu baca 5–8 menit

Tentu, berikut adalah terjemahan teks Anda ke dalam Bahasa Indonesia:

Jangan Hanya "Menghafal" Bahasa Inggris, Kamu Belajar Bahasa, Bukan Sekadar Daftar Menu

Apakah kamu pernah merasakan hal ini juga?

Kamu sudah mengunduh aplikasi penghafal kosakata terpopuler, membaca habis buku tata bahasa yang tebal, dan mengoleksi tak terhitung banyaknya catatan belajar 'para dewa bahasa Inggris'. Namun, ketika seorang teman asing benar-benar berdiri di hadapanmu, pikiranmu tiba-tiba kosong, dan setelah berusaha keras, kamu hanya bisa mengeluarkan "Hello, how are you?" yang canggung.

Kita selalu berpikir bahwa belajar bahasa itu seperti berbelanja di supermarket, memasukkan kosakata, tata bahasa, dan pola kalimat satu per satu ke dalam troli belanja, dan saat membayar, kita otomatis akan menguasai kemampuan 'berbahasa fasih'.

Tapi, apa hasilnya? Troli belanja kita penuh sesak, namun kita tak pernah tahu bagaimana menggunakan bahan-bahan ini untuk membuat masakan yang layak.


Mari Ubah Cara Pandang: Belajar Bahasa, Lebih Mirip Belajar Memasak

Mari lupakan kata "belajar". Gantilah dengan "mengalami".

Bayangkan saja, kamu tidak "belajar" sebuah bahasa, melainkan belajar memasak hidangan asing yang belum pernah kamu coba.

  • Kosakata dan tata bahasa, adalah bahan masakan dan resepmu. Tentu saja itu penting, tanpa keduanya kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi hanya dengan menghafal resep sampai luar kepala, dan menatap bahan masakan seharian penuh, tidak akan menghasilkan hidangan yang enak.

  • "Intuisi bahasa", adalah "tingkat kematangan" saat memasak. Ini adalah bagian yang paling menakjubkan. Kapan kamu harus menumis, kapan harus menambahkan bumbu, kapan harus mematikan api? Semua ini tidak bisa sepenuhnya diajarkan oleh tulisan dingin di resep. Kamu harus terjun langsung ke dapur, merasakan perubahan suhu minyak, mencium aroma yang menyebar, bahkan... mengacaukannya beberapa kali.

  • Berbuat salah, berarti membakar masakan sampai gosong. Setiap koki hebat pasti pernah membakar masakannya sampai gosong, itu bukan masalah besar. Yang penting bukan apakah gosong atau tidak, tapi apakah kamu sudah mencicipinya, dan mencari tahu apakah apinya terlalu besar, atau garamnya dimasukkan terlalu awal? Setiap "kegagalan" kecil, membantumu menguasai "tingkat kematangan" yang sesungguhnya.

Masalah banyak dari kita dalam belajar bahasa ada di sini: Kita terlalu fokus menghafal resep, tapi lupa menyalakan api.

Kita takut merusak masakan, takut membuang bahan, takut orang lain menertawakan keahlian memasak kita. Akibatnya, kita selalu terjebak di tahap persiapan, dapur penuh dengan bahan-bahan paling segar, tapi kompor selalu dingin.


Kefasihan yang Sesungguhnya, Adalah Keberanian untuk Menyalakan Api

Lalu, bagaimana cara menyalakan kompor itu?

Jawabannya sederhana: Mulai dari membuat masakan yang paling sederhana.

Jangan langsung berpikir untuk membuat "Manchu Han Imperial Feast" (melakukan percakapan mendalam yang sempurna). Mulailah dari "Telur Orak-arik Tomat" (sapaan sederhana).

Tujuan hari ini bukan "menghafal 100 kata", melainkan "menggunakan 3 kata yang baru dipelajari hari ini untuk menyapa seseorang".

Di mana "orang" itu? Ini pernah menjadi tantangan terbesar. Kita tidak punya banyak teman asing di sekitar kita, dan biaya terbang ke luar negeri khusus itu terlalu mahal. Kita seperti seorang koki yang ingin belajar memasak masakan Sichuan, tapi tidak bisa mendapatkan sichuan pepper dan cabai.

Namun sekarang, teknologi telah memberi kita "dapur global" yang sempurna.

Misalnya, alat seperti Intent ini, ibarat "kompor pintar" dengan fitur terjemahan bawaan. Kamu tidak perlu khawatir tidak bisa berbicara, AI akan membantumu mengubah "bahasa sehari-hari" kamu seketika menjadi "masakan asing" yang otentik. Kamu hanya perlu memberanikan diri, dan mulai mengobrol dengan orang di belahan dunia lain.

https://intent.app/

Ketika kamu menggunakannya untuk berbicara dengan teman Prancis tentang film favoritnya, dan berdiskusi dengan teman Jepang tentang anime yang baru-baru ini ditonton, kamu tidak lagi menjadi "pelajar".

Kamu adalah seorang pengalami, seorang komunikator, seorang koki yang sedang menikmati kesenangan memasak.

Daya tarik sejati bahasa, bukanlah seberapa banyak kalimat sempurna yang kamu kuasai, melainkan seberapa banyak orang menarik yang bisa kamu kenal melaluinya, dan berapa banyak "cita rasa" budaya yang berbeda yang bisa kamu alami.

Jadi, jangan lagi terpaku pada resep.

Masuklah ke dapur, nyalakan kompor, beranilah untuk berkreasi, berkomunikasi, berbuat salah, dan mencicipi. Kamu akan menemukan, bagian terindah dari belajar bahasa, justru adalah kehangatan kehidupan yang bergejolak ini.